3 Risiko Kesehatan Mental bagi Pasangan LDR

risiko kesehatan mental orang LDR long distance relationship selingkuh insecurity anxiety FOMO kecemburuan hubungan jarak jauh mojok.co

risiko kesehatan mental orang LDR long distance relationship selingkuh insecurity anxiety FOMO kecemburuan hubungan jarak jauh mojok.co

MOJOK.COMeski teknologi sudah bisa menjembatani komunikasi pasangan yang tak berdaya terpisahkan jarak, LDR tetap melelahkan dan menghantarkan berbagai risiko kesehatan mental.

Banyak orang bilang menjalani LDR itu percuma. Bahkan plesetan LDR yang sebenarnya singkatan dari Long Distance Rela-dibohongin-ship bikin banyak pasangan menyerah karena ujung-ujungnya diselingkuhin.

Tenang, kunci LDR adalah optimis dan percaya pasangan, karena beberapa isu kesehatan mental bagi pasangan LDR memang nggak main-main. Teguhkan hati kalian, kawan-kawan dan hadapi setiap ancaman kesehatan mental ini dengan kalem.

Risiko kesehatan pasangan LDR #1 Insecure yang bakal melahirkan sifat posesif serius.

LDR memang menyebabkan kepercayaan kalian pada pasangan terkikis sedikit demi sedikit. Kalian selalu takut pasangan bakal mengenal seseorang yang jauh lebih baik, pasangan bakal diperhatikan oleh orang yang dekat  yang bisa tiap hari mengunjunginya, mengirimi makanan saat sakit, dan mengantarnya ke mana-mana. Arrrght!

Sudahlah kawan, jangan galau. Ada ribuan alasan pada akhirnya dia mempertahankan untuk tetap menjalin hubungan walau terpisah jarak, Ketidakpercayaan dirimu justru bentuk insecurity yang perlahan memaksa kalian bertindak posesif.

Posesif yang tumbuh bakal memberikan tekanan pada pasangan kalian. Siapa yang nggak stres kalau setiap jam di-chat udah makan belum, udah pulang belum, udah pipis belum. Belum lagi kalau ketahuan jalan sama lawan jenis sampai malam. Hadeeeh, bisa jadi perang. Maka itu hentikan dan optimislah kalau pasangan kalian itu sayang.

Risiko kesehatan pasangan LDR #2 FOMO (Fear of Missing Out) dan jadi ngelihatin hp terus.

Buat yang belum tahu, FOMO itu sebuah kondisi psikologis di mana seseorang mengalami kecemasan, sementara hal yang menurutnya menarik tidak bisa dia temukan di dunianya sendiri alias ini semua karena keseringan buka medsos dan main hp. Kebahagiaan bagi pasangan LDR adalah quality time bareng sang pacar.

Sayangnya itu semua nggak bisa dilakukan mengingat kalian berjauhan. Makanya, nggak salah kalau banyak orang bilang LDR itu pacaran sama hp, karena memang nyatanya begitu. Ponsel jadi sebuah entitas penting yang menghubungkan dua sejoli terpisah jarak. Perlahan kalian merasa kebahagiaan itu muncul dari ponsel, dari sebuah alat yang bisa memberikan fasilitas sayang-sayangan.

Tanpa hp hidup serasa hampa bagi pasangan LDR. Belum lagi kalau satu sama lain hobi ngepoin postingan medsos masing-masing. Bisa gila jika sehari saja nggak punya kuota.

Risiko kesehatan pasangan LDR #3 Kesepian yang semakin bergemuruh.

Ketika mas atau mbak pacar sedang jauh, merasa kesepian adalah hal yang wajar. Apalagi bagi kalian yang sudah memaktubkan diri menjadi soulmate satu lama lain. Jelas rasanya kayak kehilangan keseimbangan hidup. Ibarat yin dan yang, yang nggak berada dalam satu lingkaran.

Kesepian memang kedengaran sepele, namun lebih jauh, kesepian bisa menimbulkan kecemasan. Ketika satu sama lain terbiasa saling mengisi, saling menemani, kesepian bakal terasa sangat berat.

Sibukkan diri kalian dengan main bersama teman, tapi tahan-tahan nafsu selingkuhnya! Lakukan berbagai hal yang menyenangkan untuk mengalihkan pikiran dari kesepian.

Selain tiga risiko kesehatan mental di atas, pasangan LDR paling sering bermasalah dengan pikiran negatif dan kecemburuan. Kata Vidi Aldiano, cemburu menguras hati, galau kini menyiksa diri. Cemburu itu nggak menyenangkan, maka cegah diri kalian untuk menuduh pasangan yang tidak-tidak sebelum terbukti betul.

Kalau pasangan kalian benar-benar selingkuh, semoga kalian bisa kuat untuk sekadar mengikhlaskan kepergiannya. Karena memberi kesempatan kedua pun percuma, saat kalian selalu menganggap si dia adalah satu-satunya.

BACA JUGA Hal yang Harus dan Jangan Dilakukan Ketika Cedera Otot atau artikel lainnya di PENJASKES.

Exit mobile version